Kadisbunnak Kalbar lakukan monitoring komoditi karet di Sintang

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalbar, Heronimus Hero melakukan monitoring komoditi karet di Kecamatan Paoh dan Sepauk, Kabupaten Sintang.

Ia menjelaskan bahwa potensi karet Komoditas karet sebagai sumber pendapatan masyarakat sebenarnya sangat potensial, namun kurangnya skema program yang dapat mendorong dan memperkuat pengembangan karet dari Hulu ke hilir menyebabkan banyak masyarakat beralih ke komoditi lain yang dianggap lebih menjanjikan.

Saat ini cukup banyak lahan karet yang kurang dirawat masyarakat atau tidak panen hasilnya, namun yang lebih parah lahan karet beralih ke komoditi lain yang dianggap lebih ekonomis

"Dari hasil monitoring di lapangan menunjukkan hal tersebut  di sentra karet seperti di Kecamatan Paoh dan Sepauk Kabupaten Sintang, luasan lahan karet semakin berkurang, dan cukup banyak yang kurang produktif karena tanaman sudah tua dan kurang terawat," kata dia.

Di sisi lain, beberapa pengumpul dan pekebun masih menggerakkan potensi ekonomis karet. Hal itu seperti dilakukan Piti di Kecamatan Paoh misalnya, masih menjadikan karet sebagai andalan ekonomi keluarganya serta beberapa teman dan relasinya.

Setiap bulan Piti mampu mengumpulkan sekitar 32 ton bokar yang langsung dibawa ke pabrik pengolahan karet di Pontianak.  Ia juga sendiri menampung hasil dari pekebun lain dengan harga beli Rp10.000/kg bokar basah K3 50% (K3 : kadar karet kering).

"Ini artinya harga karet di tingkat pengumpul masih sangat baik. Saat kami ke lokasi, seorang pekebun sekali panen paling tidak menghasilkan 50 sampai 100 kg bokar. Artinya bisa menghasilkan sekitar Rp500.000 sampai Rp1.000.000 dari hasil panennya yang dikumpulkan dalam waktu dua atau tiga hari dari kebunnya,"kata dia.

Jadi pada intinya kata Hero karet masih "hidup", hanya saja sentuhan program pemerintah semua sektor harus mendukung terutama komitmen pemerintah daerah untuk melindungi pekebun dan lahan karet.

"Sangat disayangkan pabrik pengolahan karet justru mengimpor bokar dari Afrika yang jaraknya ribuan kilometer dari Pontianak untuk mengolah karet yang akan di ekspor ke pasar luar negeri. Sementara lahan karet kita tidak diberdayakan secara optimal," kata dia.

25 Maret 2024